Jumat, 02 Desember 2016

Wisata Ke Kalimantan Barat


Berfoto dengan latar belakang Sungai Kapuas

Propinsi Kalimantan Barat (Kal-bar) adalah satu-satunya wilayah di Indonesia yang paling panjang dilalui garis khatulistiwa. Garis lintang nol derajat persis melalui kota Pontianak, yang adalah ibukota Propinsi Kalimantan Barat, sehingga kota ini disebut juga Kota Khatulistiwa.
Daerah Kal-bar termasuk salah satu daerah yang dijuluki propinsi “seribu sungai”. Julukan ini selaras dengan kondisi geografisnya, yaitu mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari.
Kal-bar merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk keturunan Tionghoa paling banyak di Indonesia, sekitar 35%. Selain etnis Tionghoa, daerah Kal-bar juga dihuni oleh suku Melayu dan Dayak.
Sungai Kapuas di Kal-bar merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai sepanjang 1143 km ini membelah Kal-bar menjadi dua bagian dan selama berabad-abad menjadi sarana transportasi orang dan barang.
Mengunjungi Kalimantan Barat dari Pontianak hingga ke pelosok-pelosoknya adalah suatu kesempatan yang sangat tidak terduga atau langka bagi kami, karena di sana tidak ada sanak keluarga maupun handai taulan. Begitu mendarat di bandara Supadio pada pagi hari dari Jakarta, kami disambut oleh cuaca yang sangat cerah dan juga senyum ramah seseorang yang bertugas untuk menjemput kami.
Dari bandara, kami langsung menuju ke kota Sintang. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 8 jam, termasuk singgah di tempat makan untuk beristirahat dan makan siang sambil meluruskan kaki, kemudian meneruskan perjalanan.


SINTANG

Kota Sintang adalah kota kecil yang berada di tepi sungai Kapuas. Sebagian penduduknya pada mulanya adalah kaum transmigran yang datang pada awal tahun 1980-an. Di Sintang kami menyempatkan diri untuk berjalan-jalan. Salah satu tempat yang menarik adalah Museum Dara Juanti yang dahulu dipergunakan sebagai istana Kerajaan Sintang. Setelah direnovasi pada tahun 1938, istana  ini dijadikan museum.

Dari Sintang, kurang lebih 1,5 jam naik mobil, kami menuju ke Taman Wisata Bukit Kelam yang jaraknya sekitar 15 km sebelah timur kota Sintang. Salah satu daya tarik dari Bukit Kelam adalah panorama alam yang menampakkan sebuah tebing terjal kira-kira setinggi 600 meter yang diselingi hutan lebat di kaki bukit dan puncaknya. Di lokasi ini terdapat pula air terjun dan gua alam. Flora paling unik di kawasan ini adalah kantong semar merah yang merupakan tumbuhan endemik di kawasan ini.

Berfoto dengan latar belakang Taman Wisata Bukit Kelam



Di dalam Taman Wisata Bukit Kelam


Setelah puas menikmati kota Sintang dengan sambutan ramah dari tuan rumah, kami melanjutkan perjalanan menuju Sanggau, kurang lebih 4 jam dari Sintang.



SANGGAU

Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah, berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Barat. Sebelah utara berbatasan dengan Malaysia Timur (Serawak), di selatan dengan Kabupaten Ketapang, sebelah timur dengan Kabupaten Sintang dan Sekadau, serta sebelah barat dengan Kabupaten Landak.
Di sini kami mempergunakan waktu untuk beristirahat di hotel. Esok harinya kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota Singkawang yang berjarak 3 jam perjalanan dari Sanggau.


SINGKAWANG
Menurut sejarah, kota Singkawang mulai berkembang dengan pesat pada awal abad ke-18 ketika ditemukan sejumlah tambang emas yang berada di wilayah antara kota Pontianak dan kota Sambas (kota Singkawang berada di antara kedua kota tersebut). Orang-orang Tionghoa semakin banyak berdatangan ke daerah ini untuk mengadu untung dalam penambangan emas. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar penduduknya beretnis Tionghoa.
Kota yang terletak di pesisir pantai dan dikelilingi gunung-gunung memberikan kesan dan keindahan alam tersendiri. Dengan posisi yang letaknya demikian, menjadikan kota Singkawang banyak menyimpan obyek wisata menarik dan berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu daya tariknya adalah sebagai kota penghasil keramik, dan juga mendapat julukan “kota seribu kuil” karena di setiap sudut kota terdapat kuil atau vihara yang lebih dikenal dengan nama kelenteng atau pekong (kuil dengan arsitektur yang khas didominasi warna merah dan hiasan naga).
Salah satu kuil yang paling dihirmati adalah Vihara Tri Dharma yang terletak di tengah kota Singkawang. Kuil ini dibangun pada tahun 1933, yang dipercaya sebagai tempat berdiam dewa bumi raya yang menjaga kota Singkawang.


Berfoto di salah satu kelenteng terbesar di Singkawang

Berfoto bersama di Pantai Pasir Panjang


PONTIANAK

Kota yang terkenal karena dilalui garis khatulistiwa ini menjadi pertemuan dua sungai besar, yaitu sungai Kapuas dan sungai Landak. Kota Pontianak dibangun pada tahun 1770 oleh seorang pedagang asal Arab bernama Syarif Abdurrahman Al Gadri. Tidak afdol rasanya bila tidak singgah di Tugu Khatulistiwa Pontianak, yang merupakan salah satu dari sedikit kota yang dilewati garis khatulistiwa (garis khayal yang membagi bumi menjadi 2 bagian, yaitu utara dan selatan).
Untuk menandai keistimewaan kota Pontianak ini, dibangunlah Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument pada garis lintang nol derajat yang terletak di Siantan, sekitar 3 km dari pusat kota Pontianak.

Berfoto di depan Tugu Khatulistiwa

Setelah 5 hari berada di Kalimantan Barat dengan mengunjugi satu persatu kota pada pertengahan Juli 2006, kami pun kembali ke Jakarta dengan perasaan bahagia.

Wonderful Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar