Kamis, 15 Desember 2016

Biarlah Menjadi Kenangan

Mengawali Tahun baru di bulan Januari 2008, kami mengisinya dengan berjalan-jalan bersama Papi dan Mami, ternyata Papi menolak diajak ke mall, alasannya bla.. bla.. bla..

Trus dia milih ngajak ke Taman Safari Indonesia (TSI) di daerah Cisarua-Puncak, katanya biar Albert bisa melihat gajah, macan, harimau dan lain-lain.

Akhirnya kami sepakat untuk wisata ke TSI.

Pagi sebelum kami berangkat berpetualang, si Mami sibuk sekali didapur masak-masak mempersiapkan bekal untuk kami makan saat berwisata. juga bilang jangan sampai lupa bawa tikar, entar kita tidak bisa duduk di taman sambil makan. Hmm asyik juga nih makan lesehan suka-suka di area terbuka ada ayam goreng, gepuk, serundeng, tumis kacang panjang dan sambel terasi yang dimasukkan ke dalam rantang susun, juga tidak lupa bawa piring dan sendok secukupnya.

Horee... kami siap berangkat dengan penuh sukacita. Dalam perjalanan kami ngobrol-ngobrol, Papi bilang sudah lama sekali tidak ke Taman safari, Mami menyambung mengatakan mungkin waktu itu anak-anak masih kecil. Kami menikmati perjalanan yang tidak macet sama sekali, lancar sampai tujuan yang sayangnya tiba-tiba turun hujan deras. waduh rencana makan sambil gelar tikar langsung terancam batal, emang batal beneran sih.

Si Mami ngajak makan di mobil, Papi menolak karena takut mobilnya jadi kotor dan bau. Akhirnya kami keliling cari tempat makan untuk lunch sekalian nunggu hujan reda, hmm ramai sekali restorannya.

Setelah hujannya tidak deras lagi, kami jalan-jalan pakai payung, foto-foto dengan gajah sambil berbecek ria. Setelah hujan benar-benar berhenti, kami melanjutkan perjalanan pakai mobil, juga menyempatkan diri melihat beberapa atraksi menarik. setelah puas kami masuk ke area safari track dengan mobil untuk melihat-lihat binatang dan juga memberi makan binatang. Albert yang saat itu berusia 3 tahun sangat menikmati sekali dan tidak mau diam, teriak-teriak sambil nunjuk-nunjuk binatang, sesekali digoda opanya sambil dipangku, pindah lagi ke pangkuan omanya karena tertarik dengan binatang yang bisa dilihat dari samping kaca mobil dekat tempat duduk oma, si Oma menjelaskan dengan sayang dan sabar. Tapi tetap aja kalau mau bobo pindah ke pangkuan mamanya.

Taman Safari Indonesia - Puncak
Setelah puas explore TSI kami hendak pulang ke rumah. Dalam perjalanan Papi tiba-tiba nyeletuk 'Siaw A Tjiap yuk? Papi aja yang nyetir". Baiklah kami lanjutkan perjalanan menuju Restoran Siaw A Tjiap di daerah Glodok, kali ini agak tersendat jalannya sedikit macet.

Mami yang tidak puas sudah bawain makanan tapi belum dimakan, membagikan piring satu persatu, sendokin nasi dan ambilin lauk maksa makan. Papi yang lagi nyetir pun protes tetap takut mobilnya kotor dan bau, tetapi akhirnya menjadi pasrah setelah melihat kami makan dengan sukacita, Papi sendiri tidak mau makan.

Karena masih sore dan lagian juga masih kenyang, kami pun berencana jalan-jalan dulu, Papi ngajak muter-muter Jakarta di daerah Kota, nunjukin sekolah David dari SD sampai SMA, cerita-cerita nostalgia masa lalu keluarga mereka, trus lihat juga rumah lama Papi yang sudah dijual, si Mami bilang rumahnya lokasinya bagus dekat pasar cuma sayangnya sempit. Lanjut jalan-jalan, kita turun dari mobil kemudian jalan kaki masuk ke gang agak sempit ternyata ada yang jualan lo mie, Papi ngajak makan di situ, yang lain protes karena masih kenyang, Papi bilang kalau begitu beli 2 bagi 5 tinggal minta piring kosong aja trus dibagi, kami pun makan tanpa sadar malah minta tambah pangsit, bakso ikan, dan lain-lain.

Setelah kenyang entah itu makan yang keberapa kali, kami jalan-jalan lagi keliling kota Jakarta, terakhir kali tetap dinner di tujuan awal yaitu Siaw A Tjiap, Albert protes keras dia maunya di Eka Ria, untung si opa berhasil membujuknya supaya mau. Makanan di Siaw A Tjiap enak kok sesuai selera kami, sayang itu bangunan tua dan agak kurang terawat, cuma yang bikin illfil yaitu wc nya yang jorok, keluar dari toilet langsung agak-agak kurang nafsu makan gitu deh.
Setelah dinner dan membeli beberapa lauk untuk dibawa pulang, kami pun menyudahi petualangan jalan-jalan kami yang seru ini.

Note :
Terkadang dalam keluarga ada gesekan, ada juga perselisihan, tentu saja karena setiap orang diciptakan Tuhan dengan pribadi yang unik. Saling ketidakcocokan itu bisa menimbulkan pertengkaran antar keluarga, tapi satu hal yang harus kita pelajari yaitu jaga hati, menganggap bahwa setiap masalah ada jalan keluar. Masalah kecil anggap saja tidak ada, masalah besar anggap saja itu masalah kecil (pesan papa saya saat saya menikah)

Kini kedua orang tua itu sudah tiada, Papi pergi duluan di tahun 2012 dan Mami menyusul kemudian di bulan Desember 2016, bahkan kami pun belum sempat merayakan Natal bersama mami seperti di tahun-tahun sebelumnya. Kenangan itu hanya bisa kami lihat melalui foto.



Selamat jalan Papi dan Mami, Kasih Tuhan melimpah di atas kalian, kini kalian sudah bertemu di alam baka, berdamailah dalam keabadian. Rest in Peace.
Tiada kata yang dapat kami ucapkan selain kami mengasihi dan menghargai kalian.

In Memoriam :

Papi's funeral, Juni 2012

Rip Mami, Desember 2016

Sebentuk perhatian dari GKA Jakarta

Sebentuk perhatian dari RS.Ciputra


Just share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar