Tiba di Coconut Island kira-kira jam 12.30, karena waktu check in mulai jam 2 siang kami dipersilahkan menunggu sambil makan siang di Bistro (restoran), hidangan yang sudah disiapkan adalah ayam goreng mentega, omelet telur, ikan goreng, soto ayam dan sambal dabu-dabu. Yang memang enak sih soto ayamnya.
Setelah kenyang kami menuju ke mobil untuk mengambil barang bersama porter yang akan membantu mengangkat tas kami, dia juga yang bantuin kami foto didepan tulisan Coconut Island.
Ramai sekali hari itu, ada beberapa bis besar yang berada di parkiran. Katanya sih ada gathering perusahaan.
Kami diantar menuju kamar yang akan kami tempati bentuknya seperti saung bambu, karena memang saat booking dibilang kami cocok di Saung Bambu yang muat untuk 4 orang, kalau Saung Pinang katanya muat untuk 2 orang, padahal sih sebenarnya sama saja dindingnya juga dari bambu cuma Saung Pinang lebih kecil, itulah type kamar di Coconut Island yang cuma ada 2 pilihan.
Sampai di Saung Bambu, kami tidak terlalu memperhatikan detailnya karena mau cepat-cepat berenang. Jeremy maksa harus cepat-cepat renang. Setelah berganti baju renang kami langsung jalan kaki menuju kolam renang.
Deretan Saung Bambu |
Ya sudahlah kami pun masuk ke dalam kolam yang sudah penuh orang. Tiba-tiba ada anak kecil seumuran Albert datang nyamperin ngasih ban trus bilang "pakai saja", oke deh ma kasih ya..
Kami berenang sambil naik di atas ban, karena ramai jadi kepentok sana sini bannya sama yang lain.
David dan Albert ikut nyobain waterslide, saya dan Jeremy tetap santai di atas ban.
Kami agak lama di dalam kolam renang karena Jeremy masih betah main air, padahal benar-benar sudah bosan loh.
Lagi mikir "kayaknya ada yang salah dengan tempat ini" |
Sepertinya konsep dari Saung Bambu ini dibuat dengan suasana pedesaan tapi bukan di tepi sawah melainkan di pinggir pantai, tidurnya pun di atas matras ala tatami ditutupin kelambu, di depannya ada teras yang bisa dipasang matras untuk santai-santai. Di sini pastinya tidak disediakan televisi ya. Suasananya agak gelap dalam kamar apalagi waktu malam.
Tidur di matras ala tatami |
Teras tempat bersantai |
Kalau minat bisa booking di : Coconut Island Carita
Jl. Raya Carita Labuan, KM 3,8, Caringin, Pandeglang
Telpon : (0253) 805600
Keesokan harinya saat kami bangun, ternyata lagi hujan deras. Mikir juga sih bagaimana caranya ke Bistro untuk breakfast, akhirnya telpon receptionist minta dibawain payung, ternyata katanya payungnya banyak yang rusak tapi dia bilang entar mau koordinasi dengan bagian dapur untuk mengantarkan sarapan kami ke saung. Ya sudahlah kalau maunya begitu kami tunggu ya..
Akhirnya hujan pun berhenti, tapi kok breakfast kami belum diantar, ternyata.. oh.. ternyata.. datanglah salah satu pegawai bistro yang akan menjemput kami untuk jalan kaki bersama ke Bistro, karena breakfast sudah siap.
Setelah breakfast dan cuaca cukup cerah, kami putuskan mau langsung lihat-lihat pantainya, pantainya sih biasa saja, tidak bisa di pakai untuk berenang hanya main pasir saja. Tetapi
baru saja sampai pantainya tiba-tiba bertiup angin kencang menandakan mau hujan lagi. Jeremy pun teriak "ada badai"... dan kami pun berlarian bersama tamu-tamu lain menuju saung masing-masing.
Pantai di Coconut Island sesaat sebelum hujan |
Sampai siang belum ada tanda-tanda hujan mau berhenti, kami putuskan tetap check out saja, telpon receptionist minta diantar pakai mobil operasional menuju ke mobil kami di area parkiran, semua tamu saung pun melakukan hal yang sama.
Yang menyenangkan dari Coconut Island ini adalah pegawai-pegawainya yang super duper ramah, fast response dan makanannya lumayan enak (katanya sih makanannya tergantung chef nya)
Karena sudah siang kami berencana mau lunch dulu di RM. Bu Entin cabang Labuan, yang kebetulan dekat dengan Coconut Island kurang lebih 10 menit perjalanan.
RM. Bu Entin ini ramai juga pengunjungnya, hidangannya sudah disediakan di atas meja tinggal mereka nambahin ikan bakar, udang bakar, ayam bakar dan lain-lain yang katanya baru dibakar, tapi kok sudah dingin ya?? Konsepnya dihidangkan ala restoran padang gitu deh.
Tiba-tiba terdengar suara dari meja seberang yang teriak bilang "Ini gelasnya diganti ya, sudah dilalerin" saya yang dari awal sudah tidak nafsu makan langsung saja tambah susah telan nasinya.
Mungkin ini soal selera ya, saya lihat banyak yang makan dengan lahap pakai tangan langsung disuapkan ke mulut, trus waktu mau bayar di kasir ada juga tuh yang pesan otak-otak 50 biji padahal saya tidak cocok selera.
Jadi memang soal selera itu masing-masing ya.
Setelah makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Lesung
Baca ceritanya di Mau dong ke Tanjung Lesung.. see you!!
Wonderful Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar