Rabu, 25 Januari 2017

Mengunjungi Bukit Kasih Kanonang Dan Danau Linow

Setelah melihat keindahan Danau Tondano kami melanjutkan perjalanan kami lagi. Agendanya sih mau ke Bukit Kasih Kanonang dan Danau Linow setelah itu baru pulang.
C'mon mari kita jelajah satu persatu.

Setelah melewati jalan menanjak yang berkelok-kelok akhirnya tibalah kami di Bukit Kasih yang terletak di desa Kanonang, kecamatan Kawangkoan, Minahasa.

 
Begitu turun dari mobil kami langsung disambut kerumunan pedagang yang menjual souvenir dan juga anak-anak tanggung yang menawarkan jasa menjadi guide. Saya sempat membeli kalung bertuliskan Bukit Kasih dan Jeremy minta dibelikan kalung gambar Angry Bird. Sebelum mulai mejelajah kami mampir sebentar untuk beli kaos yang bercirikan Kota Manado. Rencananya mau saya pakai keesokkan harinya.

Mari mulai penjelajahan! Terlihatlah Tugu Toleransi. Dinamakan demikian karena Tugu ini mengakomodir lima agama besar di Indonesia yaitu Kristen, Katolik, Islam, Budha dan Hindu. Tugu ini tingginya lebih dari 20 meter berbentuk segi lima. Pada dindingnya terukir gambar, simbol dan kutipan ayat kitab suci masing-masing agama. Di puncak tugu diletakkan patung burung merpati sebagai simbol kasih dan persaudaraan. Area Tugu Toleransi inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Bukit Kasih.

Tugu Toleransi
Tulisan pada salah satu dinding (Katolik)
Untuk naik ke puncak bukit kita harus melewati 2000-an anak tangga. Lumayan melelahkan juga kan. Ada beberapa spot untuk beristirahat sejenak. Di pertengahan bukit akan tercium bau belerang. Sampai di atas akan terlihat lima rumah tempat ibadah. Hal ini tentu saja bisa menimbulkan rasa keharmonisan antar umat beragama. Sepanjang jalan foto-foto dong!




Tiba-tiba terdengar suara dari seorang remaja tanggung "Lihat di dinding bukit itu ada pahatan kepala orang. Itu adalah Toar dan Lumimuut nenek moyang orang Minahasa. Tujuannya biar tidak lupa dengan leluhur. Rupanya anak-anak pedagang souvenir yang tadi mengerumuni kami sudah dibekali pengetahuan sejarah tentang Bukit Kasih, jadi mereka begitu fasih bercerita sekaligus menawarkan diri jadi guide lokal.


Karena sudah siang dan perut juga sudah minta diisi kita langsung aja ke deretan warung-warung sederhana untuk makan siang. selain itu terlihat juga bak-bak air panas berikut tempat duduknya dari bambu untuk merendam kaki sambil dipijit. Orang bilang itu "spa kaki". Silahkan mencoba, kan habis jalan kaki pada capek, dipijit enak juga... Ha.. ha.. ha..

Dari Bukit Kasih kami langsung menuju ke Danau Linow, sempat nyasar ketemu jalan buntu. Akhirnya putar arah trus bertemulah suatu tempat yang kami curigai itulah Danau Linow. Mungkinkah ini tempat yang dimaksud?

Rencana awal, kami mau menikmati keindahan Danau Linow sambil makan pisang goreng yang dicocol dengan sambal rowa dan minum kopi atau teh hangat di teras Cafe. Kan asyik tuh sambil memandang air danau yang 'menyimpan' warna-warna indah dan selalu berubah-rubah karena katanya ada unsur belerang yang tertimbun didalam danau serta pembiasaan dan pantulan sinar matahari. Infonya kita harus membeli tiket yang dapat ditukarkan dengan makanan dan tempat ini dikelola oleh swasta jadi terawat sekali.

Apa yang terjadi pada kami? Kami masuk tanpa membayar dan tempatnya sepi. Sambil mandangin air danau kami berusaha memastikan bahwa tempat ini benar, kan sama-sama warna hijau tosca juga ada putihnya dan tercium bau belerang juga. Cari-cari tempat cafenya ternyata nggak ada yang jualan. Pikiran negatif langsung timbul, saya langsung berpikir "Mungkin kurang laku cafe-nya jadi ditutup".
Yang terlihat hanya gubuk-gubuk kayu dan jembatan yang terbuat dari kayu untuk melihat danau ditengah. Karena sudah datang ke sana, mari kita foto-foto!

Jembatan Kayu

Danau Linow
Yang anehnya walaupun tidak sesuai dengan ekspektasi. Saya tetap senang-senang saja tuh bisa mandangin danau dan foto-foto. Oh indahnya!




Kids pun tidak kalah seru, mereka mau naik kuda laut. Awalnya saya ragu takut mogok ditengah danau. Untungnya ada opa yang baik hati mau main bareng sama mereka jadilah tuh anak berdua ganti-gantian keliling danau pakai kuda-kudaan laut. Semuanya gratis.

Awalnya bertiga

Lagi giliran Albert
Karena masih penasaran kita cari lagi Danau Linow yang ada cafe di sepanjang jalan. Ya ampun ternyata tempatnya hanya berjarak 1 KM dari tempat kami singgah tadi. Ha.. ha.. ha..

Setelah puas kami pun balik. Dengan udara yang dingin ini enak juga ya kalau bisa mandi air hangat supaya tidur bisa lebih nyenyak. Yuk ke tempat pemandian air panas! Kali ini saya diajak ke tempat pemandian air panas di kelurahan Tataaran. Tempat ini bisa untuk mandi dan berendam. Walaupun tidak sebesar kolam renang tapi sepertinya masih memungkinkan kalau di pakai untuk berenang bagi anak-anak... Oya untuk berendam tidak diijinkan laki-laki dan perempuan untuk sekamar, suami istri sekalipun.

Kawasan ini dekat dengan pegunungan yang memiliki sumber air panas. Selain menyegarkan tubuh dan melepas lelah selama liburan, air panas ini banyak mengandung mineral dan belerang yang baik untuk kesehatan kulit. Jadi jika ke Tondano sempatkanlah mampir ke tempat pemandian air panas ini. Hmm serasa berendam di onsen Jepang tapi lebih private karena sendiri. Tiba-tiba terdengarlah suara ketukan pintu dari luar suruh cepat-cepat karena ada yang masih ngantri diluar.. Ha..ha.. ha..

Wonderful Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar