Kawasan pertambangan PT Freeport sendiri bukan lokasi
wisata, jadi bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali yang
memang mendapat undangan khusus. Tapi kita boleh kok masuk ke Kuala Kencana yang sudah maju dan modern yang secara administratif masuk ke distrik Mimika.
Lingkungan di Kuala Kencana sangat kontras jika dibandingkan dengan Kota Timika. Begitu masuk ke Kuala Kencana akan terlihat suasana yang nyaman, bersih dan teratur, juga dengan fasilitas yang cukup lengkap bagi karyawan Freeport dan keluarganya. Enak banget ya?
Bagaimana dengan kami? Kami sih tidak tinggal di Kuala Kencana karena memang bukan karyawan Freeport jadi boro-boro bisa menikmati fasilitas yang disediakan... Kan datang ke Timika dan tinggal selama setahun itu untuk tugas pengabdian.. Hiks.. Ayo semangat! Janganlah jemu-jemu berbuat baik.
Jadi masyarakat suku asli Papua ternyata sangat heterogen. Di daerah sekitar Timika, ada 7 suku yang terbesar, yang lazimnya disebut sebagai “masyarakat tujuh suku”, yang terdiri dari suku Dani, Damal, Mee, Moni, Amungme, Komoro, dan Nduga. Bila kita ingin melihat masyarakat suku asli Papua yang masih sangat tradisional, kita bisa pergi ke wilayah Lembah Baliem, yang meliputi kawasan sepanjang 60 km dan lebar 16 km, serta berada pada ketinggian 1554 meter di atas permukaan laut.
Setelah mempelajari sedikit hal-hal tentang Timika, kami sekeluarga pun memberanikan diri untuk pindah dan tinggal selama setahun disana... Timika, We're Coming!!!
Di Timika ini, kami sempat tinggal selama satu tahun terhitung dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Secara umum sih suhu udara pada siang hari sangat panas tetapi pada malam hari cukup dingin. Suhu udara bisa turun hingga 12 derajat Celcius pada malam harinya. Cukup extrim ya?
Sudah itu sering banget mati lampu hampir setiap hari, kayaknya sih PLN disana kalau sudah matiin lampu suka lupa dinyalakan lagi... Lama banget nyalainnya! Serius! kita jadi hidup dalam kegelapan dan kepanasan sangat menderita *lebay... Ha.. ha.. ha..
Pernah pula ngalamin rumah dibobol maling, yang herannya saat itu maling masuk, kita tetap tidur dengan nyenyak tanpa terganggu sedikitpun. Tahu kemalingan saat bangun dan lihat pintu rumah sudah terbuka dan kuncinya rusak. Tetap bersyukur dong kita selamat.. Thanks God..
Tapi jangan lupa juga dengan hal-hal baik yang kami alami selama tinggal di sana, kan waktu terus berjalan, seperti merayakan Natal 2008 di Timika dengan masak sendiri hidangan istimewa ala saya. Baru kemudian Tahun Baru 2009 kami merayakannya bersama keluarga di Jayapura sekalian jalan-jalan..
Tidak terasa Albert saat itu pun berusia 4 tahun dan kami rayakan secara sederhana dengan mengundang anak-anak tetangga dekat rumah. Aduh senangnya!
Setiap perayaan ulang tahun kami rayakan dengan penuh sukacita. Tiba saatnya David merayakan ultahnya yang hanya berselang lima hari dengan wedding anniversary kami yang ke-6. C'mon kita rayakan dari birthday dulu makan di resto Dapoer Mama dan Anniversary-nya beli kue di So Yummy.
Bulan depannya giliran saya dong. Happy birthday to me! Thanks hubby and son, perencanaan yang super mantap. Dibeliin kue dan diajak makan di resto Hotel Rimba Papua, love u all. Kok nggak sekalian nginap ya? Ha.. ha.. ha..
Untuk hiburan anak-anak ada sebuah mall kecil yang berisi supermarket, toko elektronik dan tempat jualan DVD bajakan dan di lantai dua ada arena bermain anak. Ayo sayang kita main! Goyang-goyang badan dulu supaya senang. Ha.. ha.. ha..
Lingkungan di Kuala Kencana sangat kontras jika dibandingkan dengan Kota Timika. Begitu masuk ke Kuala Kencana akan terlihat suasana yang nyaman, bersih dan teratur, juga dengan fasilitas yang cukup lengkap bagi karyawan Freeport dan keluarganya. Enak banget ya?
Bagaimana dengan kami? Kami sih tidak tinggal di Kuala Kencana karena memang bukan karyawan Freeport jadi boro-boro bisa menikmati fasilitas yang disediakan... Kan datang ke Timika dan tinggal selama setahun itu untuk tugas pengabdian.. Hiks.. Ayo semangat! Janganlah jemu-jemu berbuat baik.
Jadi masyarakat suku asli Papua ternyata sangat heterogen. Di daerah sekitar Timika, ada 7 suku yang terbesar, yang lazimnya disebut sebagai “masyarakat tujuh suku”, yang terdiri dari suku Dani, Damal, Mee, Moni, Amungme, Komoro, dan Nduga. Bila kita ingin melihat masyarakat suku asli Papua yang masih sangat tradisional, kita bisa pergi ke wilayah Lembah Baliem, yang meliputi kawasan sepanjang 60 km dan lebar 16 km, serta berada pada ketinggian 1554 meter di atas permukaan laut.
Setelah mempelajari sedikit hal-hal tentang Timika, kami sekeluarga pun memberanikan diri untuk pindah dan tinggal selama setahun disana... Timika, We're Coming!!!
Di Timika ini, kami sempat tinggal selama satu tahun terhitung dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Secara umum sih suhu udara pada siang hari sangat panas tetapi pada malam hari cukup dingin. Suhu udara bisa turun hingga 12 derajat Celcius pada malam harinya. Cukup extrim ya?
Sudah itu sering banget mati lampu hampir setiap hari, kayaknya sih PLN disana kalau sudah matiin lampu suka lupa dinyalakan lagi... Lama banget nyalainnya! Serius! kita jadi hidup dalam kegelapan dan kepanasan sangat menderita *lebay... Ha.. ha.. ha..
Pernah pula ngalamin rumah dibobol maling, yang herannya saat itu maling masuk, kita tetap tidur dengan nyenyak tanpa terganggu sedikitpun. Tahu kemalingan saat bangun dan lihat pintu rumah sudah terbuka dan kuncinya rusak. Tetap bersyukur dong kita selamat.. Thanks God..
Tapi jangan lupa juga dengan hal-hal baik yang kami alami selama tinggal di sana, kan waktu terus berjalan, seperti merayakan Natal 2008 di Timika dengan masak sendiri hidangan istimewa ala saya. Baru kemudian Tahun Baru 2009 kami merayakannya bersama keluarga di Jayapura sekalian jalan-jalan..
Natal 2008 bersama |
Happy 4th Birthday |
Happy Birthday Darling |
6th Wedding Anniversary |
Hotel Rimba Papua |
Finally tanpa terasa setahun sudah kami lalui di Timika.. Tetap bersyukur hingga saat ini..
Bye-bye Timika
Wonderful Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar