Minggu, 05 Februari 2017

Coffee Break Gratis

Gratis? Bagaimana ceritanya bisa gratis? Simak yuuuk!

Jadi dalam perjalanan dari Pura Ulun Danu di daerah Bedugul ada plang yang menarik perhatian kami bertuliskan Coffee Break. Atas rekomendasi supir mobil rental yang kami sewa selama di Bali kami pun singgah sebentar karena penasaran.

Sampai di sana kami disambut seorang gadis Bali yang akan menjadi pemandu kami.

Jadi di Coffee Break ini lebih difokuskan pada proses pembuatan kopi Luwak. Di sini kita dijelaskan mulai dari saat penanaman, proses produksi hingga produk jadi yang siap dinikmati.

Kopi Luwak
Si pemandu akan menuntun kita menelusuri perkebunan kopi robusta dan arabika sebagai bahan baku kopi luwak. Di sana kita akan diterangkan tentang spesifikasi dan karakter masing-masing jenis kopi yang ditanam di sana.

Tanaman Kopi
Perjalanan dilanjutkan ke lokasi produksi berupa kandang binatang luwak yang terbuat dari anyaman kawat. Luwak termasuk binatang malam, jadi di siang hari ini mereka sedang tidur di dalam sarang.

Kandang Luwak di belakang Albert
Ceritanya buah-buah kopi arabica yang telah benar-benar matang (ditandai dengan kulit buah berwarna merah) diberikan sebagai makanan untuk luwak, untuk mempercepat proses pengeluaran kotoran oleh luwak biasa ditambahkan juga sedikit pepaya. Buah-buah kopi akan dicerna oleh enzim pencernaan yang ada di perut luwak. Proses fermentasi alami yang terjadi di sistem pencernaan luwak itulah yang akan menjadikan kopi arabica menjadi kopi luwak yang berkualitas tinggi dan berharga sangat mahal.

Selama dicerna di perut luwak, biji-biji kopi tidak hancur. Nantinya akan utuh keluar bersama kotoran luwak. Kotoran ditampung. Biji-biji kopi yang keluar bersama kotoran pun dicuci bersih.

O ya jenis kopi yang dipakai katanya biasanya kopi arabica soalnya luwak hanya mau makan kopi jenis arabica yang berbau harum dan manis tak mau jenis kopi lain.

Proses berikutnya adalah pengeringan biji kopi dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Biji-biji kopi yang telah kering kemudian disangrai (digoreng tanpa minyak) hingga berubah warna menjadi kehitaman.


Kopi Luwak yang dikeringkan

Poses berikutnya ditumbuk di lesung yang terbuat dari batu. Kopi yang telah halus selanjutnya diayak. Nah di tahapan ini kids mulai nggak betah. Padahal sebelumnya mereka antusias banget malah kelihatannya tadi pengen coba-coba numbuk dan ayak. Penyebabnya gara-gara ibu-ibu yang lagi numbuk dan ayak iseng godain kids, jadinya langsung aja mereka berdua ngacir. Ha.. ha.. ha.. ya sudahlah tinggalkan saja itu ibu-ibu rumpi...

Nah sekarang saatnya kita untuk icip-icip gratis. Banyak toples-toples berisi berbagai jenis kopi yang sudah dimodifikasi. Tertulis nama di masing-masing toples kita tinggal minta yang mana yang mau kita coba entar pemandu yang tadi nemenin yang bikinin. Karena cuma mau coba-cobain macam-macam kopi jadi setiap cangkir saya minta dibikinin setengah cangkir saja. entar tinggal tukar-tukaran nyobain. Jadi yang kami coba antara lain : chocolate coffee, vanila cofffe, coconut coffee, white chocolate, ginger coffee dan cinnamon tea. Yang tersedia sih sepertinya di atas 10 toples. Mana sanggup lah kami cobain satu-satu.

Untuk membandingkan rasa kopi-kopi ini kita pun minta dibuatin kopi luwak. nah khusus untuk icip-icip kopi luwak Bali ini memang tidak gratis secangkir dihargai Rp 60.000.

Setelah itu oleh pemandu kami diajak ke Coffee Shop yang menyediakan produk seperti kopi bubuk dan lainnya. Kami sih tidak lama di toko ini. Akhirnya kami pun pulang tanpa membawa buah tangan dari toko ini.

Happy Culinary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar