Selasa, 25 September 2018

Seruling Bolpen Penyemangat

Tuut.. tuuut.. bunyi seruling bolpen hadiah dari guru di sekolah dengan setia terdengar di rumah dan dijadikan mainan terbaru.. Hmm entah sampai kapan bertahan..


Kalau saya perhatikan dalam dua bulan di SD ini, Jeremy sudah mulai bisa adaptasi.

Awalnya selalu ada surat cinta pemberitahuan di buku komunikasi siswa yang tulisannya "Mohon perhatian orang tua.. bla.. bla.. bla.." bawa buku sesuai jadwal, kerjakan tugas yang sudah diberikan, belum lagi ketinggalan kotak makanan dan juga botol minum bisa sampai dua biji (kalau saya ingatkan bawa pulang semua kotak yang ketinggalan eh cuma dibawa pulang satu yang baru dia tinggalkan katanya tasnya penuh) hadeuh.. suruh bawa tas dua biji kayak koko, satu tas untuk bekal dan satu lagi untuk buku, si bocah cuma bawa dua hari doang habis itu bilang repot harus bawa tas dua..

Cari solusi dong ini apa maksudnya? Kok kita kayak orang tua kurang perhatian gitu ya.. Padahal semua sudah dilakukan sesuai aturan. Setiap hari anak bawa tas sudah kaya bawa gerobak barang.


Jadi ceritanya anak-anak disuruh ambil buku terus Jeremy-nya malas cari di tumpukan buku tas dia, jadi untuk gampangnya bilang saja lupa..

Gurunya langsung saja tulis di buku komunikasi "minta perhatian orang tua" padahal kan buku-nya sudah dibawa.

Pernah Jeremy ngeluh "kok di TK bawa buku cuma sedikit, sekarang banyak?" Mau nggak mau saya kasih tahu gurunya untuk "sedikit" pengertian bantuin anak cari buku di tas, pelan-pelan saja dulu entar baru mulai dilepas sendiri.

Jadwal pelajaran untuk besok yang anak tulis kalau salah mohon diralat, soalnya tulisan anak kadang ajaib susah dimengerti pakai salah-salah tulis lagi.

Pernah juga tuh ada re-test dari sekolahnya, orang tua murid lain di Grup WA pada bilang kok diulang sih anak saya kan dapat 80 terus ada yang bilang dapat 70.. bla.. bla.. bla.. kok nggak remed aja yang nilainya kurang eh tapikan banyak yang dapat nilai jelek makanya harus di ulang, biasalah para mami lagi ngerumpi.. Nggak tahu mereka, Jeremy dapat 45.. Ha.. ha.. ha.. *saya diam-diam saja, nggak mungkin bilang "Wow" juga kan..

Hasil re-test nilai Jeremy jadi 95, lumayan juga-lah. ternyata Jeremy mau-nya di soal itu harus ada gambar supaya gampang, jangan cuma tulisan.. Haiya! Pantesan yang dikerjakan cuma yang ada gambar doang..

Nah untuk di rumah kita angkat Mr. Koko jadi guru les supaya bisa belajar sambil bercanda, jadi anak rileks. Memang ya sesama anak itu harus bisa saling belajar mengajar. Mereka lebih saling mengerti..

Uang les dibayar secara profesional, baik yang diajar maupun yang mengajar, itu di luar uang jajan harian belum juga kerja infal.. Ha.. ha.. ha..

Hasilnya.. Eng Ing Eng pulang-lah Jeremy sambil tiup seruling..


Si Papa heran dong liatin seruling itu terus ikutan tiup.. tuut.. tuut.. sambil bilang bagus! Ini bisa jadi bolpen juga.. Gantian! Jeremy yang tiup lagi tuut.. tuut..

Jeremy bilang "Ini dikasih Miss"

Saya heran dong terus nanya "Kok bisa dapat seruling, emang semua anak dikasih?" Si bocah bilang "Nggak cuma aku aja soalnya nilai math in english aku paling tinggi"

Kayaknya kalau cuma satu anak yang dapat biasa anak lain pengen jajal juga, jadi saya nanya "siapa aja yang tadi tiup suling?" Dengan bangga dia sebutkan nama-nama temannya dan bilang "banyak" jadi kita tiup gantian, tapi sebelum tiup lap di baju dulu..

Si Papa langsung kaget teriak "Jeremy.. sana cuci dulu" habis itu dipakein alkohol.. Ha.. ha.. ha..

Jeremy bilang pasti ada lagi yang mau coba tiup suling "siapa lagi kalau bukan koko".. Ha.. ha.. ha..

Paling tidak sebuah penghargaan kecil dari prestasi dia bisa membuat si bocah bahagia, saya perhatiin Jeremy mulai bisa tanggung jawab, jadi lebih rajin, barang-barang mulai tidak ketinggalan lagi, PR mulai dikerjakan tanpa dipaksa.

Si Papa juga ikutan senang, yang pasti surat "Mohon perhatian orang tua" sudah nggak ada lagi sebulan belakangan ini.

Biasanya sih kalau orang tua yang memberi penghargaan atau perhatian kecil pada anak dianggap biasa tapi kalau dari guru atau pihak lain yang mengakui tentu saja ada kebanggaan tersendiri.

Oleh karena itu hargailah prestasi anak walaupun kecil dan dianggap biasa saja tapi itu bisa berarti bagi perkembangan dia, jangan diprotes terus dong si anak.. kalau muji juga harus yang tulus. Berasa kok mana yang palsu alias pura-pura.

Untuk orang tua kan bisa lebih yakin dan tahu kemampuan anak, ternyata sudah lebih baik dari dulu.

Hmm seruling bopen itu terdengar tiupannya dari mulut Jeremy.. Tuuut.. tuut..

Tepat di tanggal 29 September 2018 ada undangan mengikuti acara 3 Way Conference yaitu pertemuan pribadi antara orang tua, guru dan murid untuk berdiskusi tentang kelebihan (strength) dan hal yang masih perlu ditingkatkan (to improve)

Kriterianya seperti : Understanding, Skill (Communication dan Self Management), Character (Responsibility dan Self Confidence) dan juga Habits (diisi sesuai dengan Student Development Challenge) Bingung kan?

Kalau bagi saya sih yang penting anak enjoy bersekolah, bisa mengikuti pelajaran, bergaul dengan baik, jangan terbeban dengan pelajaran yang banyak.

Menurut gurunya Jeremy sudah bisa mengikuti pelajaran dengan baik cuma dia lemah sekali di Bahasa Indonesia, kebetulan yang ngajar wali kelasnya. Beberapa kali nilai dibawah KKM jadi sering remedial. Entar gurunya mau kasih pelajaran tambahan kalau Jeremy belum mengerti.

Kelebihan Jeremy di Math, English dan komputer diatas rata-rata.. Bahkan guru Math-nya nulis di keterangan "Anaknya cerdas dan selalu mengikuti kesepakatan". Kalau guru English-nya tulis "Terus berlatih menulis dengan rapih"

Akhirnya selesai juga pertemuan dengan guru, lumayan lega juga lihat nilai-nilai dia di mata pelajaran yang lain..

Just Sharing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar